Selasa, 24 September 2013

LANDASAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN


LANDASAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN



MAKALAH PENYAJI
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Landasan Pendidikan dan Pembelajaran
Yang dibina oleh Bapak Dr. Imanuel Hitipeuw, M.Pd & Dr. Blasius Boli Lasan, M.Pd



Oleh
Akhmad Sugianto       130111809209
Anisatul Muthi’ah       130111809290










UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEPTEMBER 2013
KATA PENGANTAR


Makalah ini membahas mengenai Landasan Antropologi dalam Pendidikan, tetapi dalam pembahasannya akan dimulai dari pengertian dan latar belakang dari landasan antropologi. Karena membahas landasan tersebut tidak akan tepat kalau tidak didahului oleh berbagai pembahasan langkah-langkah, perencanaan, komponen dan asas yang mendasari pokok bahasan ini.
Di samping itu, kiranya menjadi kewajiban untuk menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak, tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah sederhana ini tidak mungkin sampai keharibaan pembacaa.
Semua kritik, saran-saran, maupun anjuran-anjuran dari rekan-rekan seprofesi, dan siapa saja yang mempunyai hasrat dan berkeinginan untuk menyempurnakan makalah ini diterima dengan senang hati dan disertai dengan ucapan terima kasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR-----------------------------------------------            i
DAFTAR ISI---------------------------------------------------------            ii

BAB        I      PENDAHULUAN-----------------------------------            1
A.      Latar Belakang-----------------------------------            1
B.       Rumusan Masalah--------------------------------            2
C.       Tujuan Penulisan---------------------------------            2

BAB        II    PEMBAHASAN-------------------------------------            4
A.      Pengertian Landasan Antropologi---------------            4
B.       Sejarah Perkembangan Landasan Antropologi---            5
C.       Manfaat Landasan Antropologi------------------            7
D.      Pengaruh Landasan Antropologi-----------------            8
E.       Implikasi Landasan Antropologi-----------------            9
F.        Aplikasi Landasan Antropologi------------------            10
G.      Penerapam Landasan Antropologi Terhadap BK            11
BAB        III   PENUTUP--------------------------------------------            12
A.      Kesimpulan --------------------------------------            12
B.       Saran ---------------------------------------------            12

DAFTAR RUJUK
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh Tuhan, setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun tentu saja potensi yang dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya harus ada sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan apa yang diharapkan.
Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki manusia, maka manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Dilain pihak manusia juga memiliki kemampuan dan diberikan akal pikiran yang berbeda dengan makhluk yang lain. Sedangkan pendidikan itu adalah usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan manusia agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya Sukardjo & Ukim Komarudin ( 2009: 9)
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarga. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.
Kebudayaan tidak dibawa manusia sejak kelahirannya. Secara faktual, dan sebagaimana tersurat dalam definisi yang dikemukakan Koentjaraningrat, kebudayaan dapat menjadi milik diri manusia sehingga menjadi karakteristiknya yang esensial dibanding dengan hewan hanyalah melalui belajar. Di pihak lain, bahwa kebudayaan sebagai keseluruhan sedikit banyak merupakan himpunan dari pola-pola budaya yang diperlukan dalam rangka mempertahankan eksistensi suatu masyarakat Wahyudin Dinn ( 2008: 2-28 ).
Antropologi pendidikan dihasilkan melalui khusus dan percobaan yang terpisah dengan kajian yang sistrmatis mengenai praktek pendidikan dalam prespektif budaya, sehingga  antropologi menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam membimbing masyarakat. Namun ada kalanya sejumlah metode mengajar  kurang efektif dari media pendidikan sehingga sangat berlawanan dengan data yang didapat di lapanga oleh para antropolog. Tugas para pendidik bukan hanya mengekploitasi nilai kebudayaan namun menatanya dan menghubungkannya dengan pemikiran dan praktek pendidikan sebagai satu keseluruhan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penyusun akan membahas secara lengkap tentang landasan antropologi dalam pendidikan di masa yang terdahulu sampai saat ini. Tujuannya agar pendidikan di Indonesia tetap memahami keanekaragaman budaya setempat dan tidak menghilangkan nilai luhur, norma, serta etika dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.

B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, maka dapat di jabarkan rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan landasan antropologi pendidikan ?
2.      Bagaimana sejarah perkembangan antropologi ?
3.      Apa manfaat landasan antropologi dalam pendidikan ?
4.      Apa pengaruh antropologi terhadap lingkungan dan masyarakat ?
5.      Bagaimana implikasi landasan antropologi dalam pendidikan  ?
6.      Bagaimana aplikasi landasan antropologi dalam pendidikan saat ini ?
7.      Baagaimana penerapan landasan antropologi terhadap BK?

C.      Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui yang dimaksud dengan landasan antropologi pendidikan.
2.    Untuk mengetahui sejarah perkembangan landasan antropologi pendidikan.
3.    Untuk mengetahui manfaat landasan antropologi dalam pendidikan .
4.    Untuk mengetahui pengaruh antropologi terhadap lingkungan dan masyarakat.
5.    Untuk mengetahui implikasi landasan antropologi dalam pendidikan.
6.    Untuk mengetahui aplikasi landasan antropologi dalam pendidikan saat ini.
7.    Untuk mengetahui penerapan landasan antropologi terhadap BK


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Landasan Antropologi
Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ”antrophos” berarti manusia, dan “logos” berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbanding atau perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan manjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang sering kali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama.
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian yaitu antropologi fisik/biologi dan antropologi budaya. Tetapi dalam pecahan antropologi budaya, terpecah – pecah lagi menjadi banyak sehingga menjadi spesialisasi – spesialisasi, termasuk antropologi pendidikan. Seperti halnya kajian antropologi pada umumnya antropologi pendidikan berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya dalam dunia pendidikan.


B.       Sejarah Perkembangan Landasan Antropologi Dalam Pendidikan
Seperti halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya. Perkembangan ilmu antropologi menjadi empat fase sebagai berikut :
1.         Fase  Pertama ( sebelum 1800 )
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
2.         Fase Kedua ( tahun 1800 )
Pertengahan abad 19, integrasi muncul. Bahan-bahan Etnografi disusun menjadi sebuah karangan-karangan. Penyusunan bahan Etnografi tersebut bardasarkan cara berfikir evolusi masyarakat, yaitu perkembangan masyarakat dan kenudayaan sangatlah lambat. Di mulai dari tingkat terrendah melalui beberapa proses, yang akhirnya sampai di tingkat tertinggi. Masyarakat yang masih ada di tingkat rendah dari kebudayaan manusia zaman dahulu, mereka adalah salah satu contoh masyarakat primitive. Dan contoh untuk masyarakat yang ada di tingkat tinggi adalah bangsa Eropa sendiri.
Sekitar tahun 1860 muncul karangan yang mengklasifikasikan aneka kebudayaan di dunia ke dalam tingkat evolusi tertentu. Maka muncullah ilmu antropologi.
Dengan meneliti bangsa-bangsa di luar Eropa, dapat menambah pengetahuan tentang sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Antropologi merupakan ilmu yang tidak mempunyai tujuan secara langsung bersifat praktis dan hanya dilakukan di kalangan sarjana universitas.
Tujuan antropologi pada fase kedua ini adalah akademis, yaitu mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3.         Fase Ketiga ( awal abad ke 20 )
Dalam fase ketiga ini, olmu antropologi menjadi ilmu yang praktis, yang bertujuan mampalajari masyarakat fan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks. Berikut panjalasannya :
Awal abad 20, negara-negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan kekuasaannya di daerah-daerah jajahannya di luar Eropa. Dalam hak ini, ilmu antropologi sangat penting karena menyangkut juga tentang pentingnya dalam mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa, yang masih mempunyai masyarakat yang belum kompleks. Ilmu antropologi nerkembang di negara-negara pemjajah, terutama Inggris. Bahkan berkembang juga di negara Amerika Serikat, yang bukan merupakan negara kolonial.
4.         Fase Keempat
Ilma Antropologi mengalami perkembangan yang sangat pesat, diantaranya pengetahuan yang jauh lebih teliti fan metode-metode ilmiahnya yang semakin tajam. Perkembangan ini menyebabkan :
a)        Timtbulnya anitipati kolonialisme setelah perang dunia 2
b)         Sekitar tahun 1930 bangsa primitive mulai hilang dan benar-benar hilang setelah Perang Dunia 2.
Lapangan penelitian ilmu Antropologi berhasil berkembang dengan tujuan dan pokok yang baru, dengan berlandaskan bahan etnologi dan metode ilmiah yang lalu. Pokok tujuan yang baru itu ditinjau dan diteliti di dalam suatu simposium oleh 60 tokoh ahli antropologi dari negara-negara di Amerika dan Eropa pada tahun 1951 . penekitian tifak hanya tertuju pada penduduk pedesaan di luar Eripa, tetapi juga suku bangsa pedesaan di Eropa, seperti bangsa Irlandis, Flam, dan Soami. Ilmu Antropologi ada 2 tujuan, yaitu :
a)        Tujuan akademis yaitu pengertian manusia beserta bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaannya.
b)        Tujuan praktis yaitu mempelajari manusia dalam berbagai masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.

C.      Manfaat Landasan Antropologi Dalam Pendidikan
Setiap manusia memiliki perbedaan, oleh karena itu seorang pendidik harus sedikit banyak memahami latar siswa yakni keluarga, budaya, lingkungan siswa. Oleh karena itu, antropologi dibutuhkan sebagai landasan dalam pendidikan. Antropologi dalam pendidikan memiliki beberapa manfaat diantaranya:
1.         Dapat mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara Universal maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku bangsa).
2.         Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai dengan harapan warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang.
3.      Dengan mempelajari antropologi akan memperluas wawasan kita terhadap tata pergaulan umat manusia diseluruh dunia khususnya Indonesia yang mempunyai kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi.
4.         Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta memiliki kepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang menyenangkan serta mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan permasalahan yang muncul dalam lingkungan masyarakatnya.
Dari manfaat diatas dapat disimpulkan bahwa, antropologi dapat menjadikan bangsa Indonesia yang memiliki jiwa nasionalis.

D.      Pengaruh Antropologi Terhadap Lingkungan dan Masyarakat
Perbedaan geografis mencakup perbedaan-perbedaan yang disebabkan oleh faktor geografis seperti letak daerah, misalnya: pantai, daerah pegunungan, daerah tropis, daerah sub tropis, daerah subur, daerah tandus, dan sebagainya.
Sebagai contoh, pengaruh daerah sub tropis terhadap pola kerja manusia akan berbeda dengan daerah tropis. Pada daerah sub tropis ada musim dimana manusia kurang/tidak dapat bekerja secara penuh, terutama pada musim dingin, sehingga keadaan ini memaksa manusia daerah sub tropis untuk mempersiapkan cadangan makanan untuk musim dingin. Demikian pula masyarakat di daerah gersang akan terpaksa bekerja lebih keras untuk mempertahankan hidupnya dibandingkan dengan daerah subur.
Perbedaan-perbedaan tersebut melahirkan pula perbedaan kebudayaan, baik dalam wujud ide-ide, pola, tingkah laku maupun kebudayaan. Di daerah subur seperti di Indonesia, dimana manusia tidak perlu berjuang keras untuk mempertahankan hidupnya, dimana sumber-sumber alam relatif mudah diambil, membuat manusia juga bermurah hati terhadap sesamanya, sehingga bila ada seorang warga masyarakat yang mengalami kekurangan, orang launn dengan mudahnya membantu orang yang menderita tersebut. Karena itu terutama di pedesaan, dimana kebutuhan hidup dari alam sekitar relatif lebih mudah didapatkan, perasaan gotong-royong antar warga masyarakat sangat tinggi. Sebaliknya di daerah perkotaan dimana manusia harus berusaha lebih keras untuk mempertahankan hidupnya, maka perasaan gotong-royong itu makin menipis, dan perasaan individualitasnya lebih tinggi.
Hal-hal tersebut diatas juga mempengaruhi sistem nilai budaya yang dianut oleh warga masyarakat, yang dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap proses pendidikan yang berlangsung di masyarakat yang bersangkutan, karena proses pendidikan tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungan geografis dan sosiokultural masyarakat.
 Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di negara-negara yang telah membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat. 
landasan antropologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah antropologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh : perbedaan kebudayaan masyarakat di berbagai daerah (misalnya: system mata pencaharian, bahasa, kesenian, dsb). Mengimplikasikannya perlu diberlakukan kurikulum muatan lokal.
   Dari paparan diatas pendidikan perlu dilandasi antropologi karena melalui antropologi bisa membuka diri tentang keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia dan menghargai kebudayaan orang lain.

E.       Implikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam implikasi landasan antropologi, adalah sebagai berikut.
1.         Identifikasi kebutuhan belajar masyarakat
Identifikasi kebutuhan masayarakat ini bersumber dari informasi masyarakat sekitar. Masyarakat tersebut terdiri dari tokoh masyarakat, baik secara formal maupun informal, tokoh agama, dan perwakilan masyarakat kelas bawah. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan data yang dijadikan bahan pengembangan kurikulum.



2.         Keterlibatan partisipasi masyarakat
Setelah mengidentifikasi kebutuhan belajar, maka masyarakat ikut serta dalam merancang kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana, menentukan nara sumber sebagai fasilitator, dan ikut menilai hasil belajar.
3.         Pemberian pendidikan kecakapan hidup
Pendidikan kecakapan hidup merupakan pendidikan dalam bentuk pemberian keterampilan dan kemampuan dasar pendukung fungsional, membaca, menulis, berhitung, memcahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi (Dikdasmen 2002, dalam Efendi 2009:153).

F.       Aplikasi Landasan Antropologi Dalam Pendidikan Saat Ini
Penerapan landasan antropologi dalam pendidikan saat ini adalah sebagai berikut:
1.         Model pembelajaran berbasis budaya lokal. Model pembelajaran ini diterapkan melalui muatan lokal. Materi disesuaikan dengan potensi lokal masing-masing daerah di lingkungan sekolah. Sehingga siswa dapat mengenali potensi budayanya sendiri, mengembangkan budaya, menumbuhkan cinta tanah air, dan mempromosikan budaya lokal kepada daerah lain.
2.         Metode pembelajaran karya wisata
Guru mengajak siswa ke suatu tempat ( objek ) tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam rangka suatu pelajaran di sekolah. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu mereka memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta segala masalahnya . Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang mengandung nilai sejarah/kebudayaan tertentu.



3.         Pembelajaran dengan modeling
Modelling adalah metode pembelajaran dengan menggunakan model (guru) sebagai obyek belajar perubahan tingkah laku yang kemudian ditiru oleh siswa. Modelling bertujuan untuk mengembangkan keterampilan fisik dan mental siswa.

G.      Penerapan Landasan Antropologi Terhadap BK
Sebagai seorang konselor dalam ranah pendidikan sudah selayknya dan sepantasnya kita harus memahami terlkebih kajian tentang landasan antropologi agar bisa diterapkan dalam proses pemberian layanan di sekolah. Dalam lndasasan antropologi dijelaskan bhwa di Indonesia mempunyai keberagaman budaya. Keberagaman tersebut dimiliki oleh setiap peserta didik kita, jadi sebagai konselor kita harus memahami menganai keberagaman budaya tersebut agar bisa membantu perserta didik sesuai dengan pendekatan yang berkaitan dengan budaya yaitu pendekatann berbasis multicultural.


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. Objek kajian antropologi adalah budaya.
Kebudayaan adalah totalitas kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa ikut berubah dan bila pendidikan berubah akan akan dapat mengubah kebudayaan. Disini tampak bahwa peranan pendidikan dalam mengembangkan kebudayaan adalah sangat besar. Semakin potensi seseorang dikembangkan semakin mampu ia menciptakan atau mengembangkan kebudayaan. Sebab kebudayaan dikembangkan oleh manusia.
Antropologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis berdasarkan konsep-konsep dan pendekatan Antropologi.

B.       Saran
Seharusnya di sekolah-sekolah juga perlu mengembangkan antropologi pendidikan kurikulum agar anak didik serta pendidiknya mengerti dan paham asal-usul mengapa kebudayaan di sekeliling kita diadakan, apa makna dibalik kebudayaan tersebut, apa manfaat dari kebudayaan tersebut, relevankah kebudayaan itu dengan kehidupan dan kepercayaan umat manusia sebagai manusia yang beragama masa kini.


Pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa ikut berubah dan bila pendidikan berubah akan akan dapat mengubah kebudayaan. Semakin potensi seseorang dikembangkan semakin mampu ia menciptakan atau mengembangkan kebudayaan. Sebab kebudayaan dikembangkan oleh manusia. Pendidikan multicultural perlu ditanamkan sejak dini baik melalui pendidikan formal maupun non formal, agar anak memiliki rasa.


DAFTAR RUJUKAN

Sukardjo, M. & Komarudin, Ukim. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Wahyudin, Dinn., dkk. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Saefuddin, Achmad Fedyani. 2005. Antropologi Kontemporer Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Prenanda Media. 
Sudomo. 1989. Landasan Pendidikan. Malang: Universitas  Negeri Malang.
Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Efendi, M. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Pengantar ke Arah Pemahaman KBK, KTSP, dan SBI. Malang: Universitas Negeri Malang.






1 komentar:

  1. kak...
    boleh tanya..
    sumber2 di makalah ini kakak nemu dimana??
    atau sudah punya??
    makasih..

    BalasHapus